KARDUS KECIL
oleh : Iik Mubarik Hafiz
“Hallo ayam” sapa Andi
kepada ayamnya, “hallo juga de” jawab ayam itu di dalam hatinya, lalu andi pergi bermain dengan teman-temannya, si ayam sedih karena Andi itu sudah tidak acuh dan sudah tidak memperdulikan dia lagi tidak seperti dulu ketika si ayam itu masih kecil, si ayam selalu diajaknya bermain walaupun si ayam
hanya di taruh di sebuah kardus kecil, walau Andi
selalu bermain dengan merubah warna bulu si ayam dengan berbagai warna tapi si ayam tidak pernah marah karena semua terobati dengan senyuman dan ketawa kecil dari Andi, “mungkin dia senang telah merubah warna dari buluku” jawab hati si ayam. Merasa dirinya telah tidak diperdulikan lagi, si ayam menyendiri dia sudah malas berkokok pagi-pagi karena tidak ada penyemangat lagi. Di dalam rumah ayam hanya ada kardus kecil kenangan dahulu ketika ayam masih kecil dan beberapa telur
anaknya yang sebentar
lagi menetas. Si ayam sudah tidak diurus lagi, selain Andi yang mengurus, keluarga yang lain pun sama layaknya Andi
mengurus kerjaan dan kegiatannya masing-masing, “Mungkin saya
sudah diasingkan disini” tutur Ayam dengan kegalauannya, si Ayam sempat terpikir untuk kabur dari keluarga ini namun semua gagal ketika Ayam berpikir tentang telur-telur itu yang nanti pasti terlantar, dan hanya telur-telur itu yang bisa menyemangati hari-hari
si Ayam saat ini. Singkat cerita Ibu dari telur-telur ini pergi entah kemana, ketika Ayam betina itu pergi, Andi sama saja seperti sekarang tidak acuh Andi tidak pergi mencarinya Andi hanya ingin bermain dengan teman-temannya.
Semua berubah ketika daging saya sudah cukup untuk siap disantap keluarga Andi ini, akhirnya tiba juga saat-saat terakhir saya bertemu dengan seorang Andi yang membuat hari-hari saya tidak terus menerus menjadi abu-abu, semuanya cukup berwarna walau hanya pada awalnya saja, bila saja saya bisa berbicara kepada Andi, saya tidak mau menjadi santapan keluarga Andi saya ingin tetap menjadi keluarganya, saya ingin bermain lagi dengan Andi dan cat warna yang selalu saja dia persiapkan. Hari ini tepat nya hari minggu saya melihat telur-telurku di ambil oleh Ayah Andi, entah mau di apakan saya hanya melihat saja semoga saja telur-telurku hanya dipindahkan ke tempat yang hangat pikirku, setelah ayah Andi memindahkan telur-telurku, Lalu ayah Andi mengambilku, dia menekan leherku dengan keras sehingga nafasku tak kuasa, saya hanya bisa melihat kandangku mulai menjauh dari pandanganku, dan dari kejauhan saya melihat ada Andi sedang memasuki rumah dan belok menuju kandangku, pandanganku hilang ketika Ayah sudah memasuki tengah rumah dann menuju belakang rumah, saya di taruh di tanah dengan keadaan tertidur sambil menekan leher saya, saya mulai mengetahui kalau ayah Andi sedang memegang sebuah pisau di lengan kanannya dan tangan kirinya terus saja mencekik leherku, mungkin inilah saatnya saya berpisah dengan keluarga ini, semoga dagingku bisa bermanfaat bagi yang memakannya. Ketika pisau itu mulai ditaruh di leherku aku bisa melihat Andi dari kejauhan dan menuju ke arahku, yang terakhir saya lihat adalah tangan Andi yang seolah-olah melarang Ayahnya untuk menyembelihku tapi semua berakhir ketika ayah mulai menyembelihku dan aku mati di tangan Ayah Andi . Terima kasih Andi